Teori
belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang dikontruksi berdasarkan perbedaan
karakteristik peserta didik sehingga hasil belajar sangat ditentukan oleh
kemampuan peserta didik dalam mengkontruksi sendiri pengetahuan/informasi yang
dipelajari. Konstruksi pengetahuan terjadi pada kognisi peserta didik dengan
cara asimilasi dan akomodasi melalui proses ketidakseimbangan menuju
keseimbangan kognitif. Pengalaman peserta didik didapatkan melalui penemuan sendiri
tentang konsep-konsep dari kegiatan belajar. Agar proses menemukan berjalan
dengan baik maka butuh bantuan orang lain yang punya kemampuan setingkat lebih
tinggi. Belajar melalui kelompok kelompok kecil yang mempunyai kemampuan heterogen
akan mempercepat proses belajar.
Teori
belajar konstruktivisme sangat menghargai perbedaan peserta didik, sehingga
kemampuan mengkontruksi tiap peserta didik berbeda, dengan demikian penilaian
dengan tes yang menuntuk satu jawaban kurang revalan jika diterapkan pada
kegiatan belajar. Penilaian yang cocok adalah penilaian berkelanjutan dengan
menggunakan berbagai tehnik seperti portopolio, kinerja, produk dan proyek.
Pembelajaran I2M3 adalah pembelajaran yang berlangsung
secara Interaktif, Inspiratif, Menyenangkan, dan Memotivasi peserta didik untuk
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran I2M3 juga harus memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat
minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik (PP 19/2005, pasal 19
ayat 1).
Kegiatan pembelajaran I2M3 dimulai
dari membuat perencanaan (berupa silabus dan RPP), sedangkan pelaksanaan
pembelajaran mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah siswa per rombel untuk
SD/MI maksimal 28 siswa sedangkan untuk SMP/MTs, SMA/MA, SMK maksimal 32 siswa.
2. Beban mengajar guru
sekurang-kurangnya 24 jam, yang meliputi kegiatan pokok berupa perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan lainnya.
Sedangkan jika ditinjau dari segi pengelolaan kelas,
pembelajaran I2M3 terdapat ciri-ciri sebagai berikut:
1. Guru mengatur tempat
duduk sesuai dengan karakter peserta didik dan mata pelajaran serta aktifitas
yang akan dilakukan;
2.
Volume dan intonasi
suara guru dalam proses pembelajaran harus didengar baik oleh peserta didik;
3.
Tutur kata guru harus
santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik
4.
Guru menyesuaikan
materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan peserta didik;
5. Guru menciptakan
ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan dan kepatuhan pada peraturan
dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
6. Guru memberikan penguatan
dan umpan balik terhadap respon dan hasil belajar peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung;
7. Guru menghargai
peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamindan
status sosial ekonomi;
8.
Guru menghargai
pendapat peserta didik;
9.
Guru memekai pakaian
yang sopan, bersih dan rapi;
10.
Pada tiap awal
semester guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya;
11.Guru memulai dan
mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
(Permendiknas nomor 41/2007).
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kaidah-kaidah teori pembelajaran kontruktivisme
sangat relevan apabila kita terapkan
pada pembelajaran I2M3 karena pada dasarnya teori belajar kontruktivisme dan
model pembelajaran I2M3 keduanya mempunyai pandangan pada pada paradigma baru
tentang pembelajaran bahwa dalam kegiatan pembelajaran; pendekatan harus berpusat pada siswa (student centered approach), metode
pembelajaran bervariasi; Strategi pembelajaran discovery dan inquiry; tujuan
pembelajaran penguasaan kompetensi dan keberhasilan belajar tidak ditentukan
oleh hasil akhir berupa nilai, tetapi keberhasilan dalam kegiatan belajar lebih
ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa ketika mengikuti
kegiatan belajar.
0 komentar:
Posting Komentar